Pages

Picture

Picture

Samstag, 4. Januar 2014

Deutschland hat den 18. Deutschen Bundestag gewählt


Sprachniveau A2

Rund 62 Millionen  Menschen in Deutschland sind wahlberechtigt. Die ersten Ergebnisse am späten Abend des 22. Septembers zeigten eine Wahlbeteiligung von rund 70 Prozent. In 299 Wahlkreisen und 80.000 Wahllokalen ist die Wahl entschieden worden: Nach den ersten Ergebnissen hat die CDU die Wahlen gewonnen und Angela Merkel wird als Bundeskanzlerin weitere vier Jahre regieren.
 
Insgesamt sind 34 Parteien angetreten. 4.451 Personen kandidierten für den Bundestag. Das deutsche Parlament, der so genannte Bundestag, arbeitet in Berlin, der Hauptstadt Deutschlands. Die Spitzenkandidaten der großen Parteien waren die Bundeskanzlerin Angela Merkel (Christlich Demokratische Union - CDU) und Peer Steinbrück (SPD).
 

Politiker im Bundestag

 
Die Politiker im Bundestag heißen Abgeordnete. Sie wählen zum Beispiel den Bundeskanzler oder die Bundeskanzlerin. Sie entscheiden auch, wie viel Geld die Regierung ausgeben darf. Der Bundestag besteht zurzeit aus 620 Abgeordneten. Seit 1999 tagt der Bundestag in Berlin.
 
Frage A2: Zu welcher Partei gehört Angela Merkel, die aktuelle und künftige Bundeskanzlerin Deutschlands? (Text und Antworten in der Community)


Sprachniveau B2


Dazu etwas Statistik: Rund 62 Millionen  Menschen in Deutschland sind wahlberechtigt. Die ersten Ergebnisse am späten Abend des 22. Septembers zeigten eine Wahlbeteiligung von rund 70 Prozent.
Insgesamt sind 34 Parteien angetreten. 4.451 Personen kandidierten für den Bundestag. Das deutsche Parlament, der so genannte Bundestag, arbeitet in Berlin, der Hauptstadt Deutschlands. Die Spitzenkandidaten der großen Parteien waren die Bundeskanzlerin Angela Merkel (Christlich Demokratische Union - CDU) und Peer Steinbrück (SPD).
 
Nach den ersten Ergebnissen hat die CDU die Wahlen gewonnen und Angela Merkel wird als Bundeskanzlerin weitere vier Jahre regieren.
 

Erststimme und Zweitstimme

 
Die Politiker im Bundestag heißen Abgeordnete. Sie wählen zum Beispiel den Bundeskanzler oder die Bundeskanzlerin, der Chef oder die Chefin der Regierung. Sie entscheiden auch, wie viel Geld die Regierung ausgeben darf.
 
Der Bundestag besteht zurzeit aus 620 Abgeordneten, die für vier Jahre vom Volk gewählt werden. Die Abgeordneten gehören zu den verschiedenen Parteien, also zum Beispiel CDU und SPD. Seit 1999 tagt der Bundestag in Berlin. Der erste Deutsche Bundestag wurde am 14. August 1949 gewählt, er kam am 7. September 1949 zum ersten Mal zusammen.
 
Bei Bundestagswahlen kann man zwei Kreuze auf dem Stimmzettel machen. Mit der „Erststimme“ wählt man einen Kandidaten oder eine Kandidatin aus seinem Wahlkreis. Durch die Erststimme wird garantiert, dass jede Region in Deutschland im Bundestag vertreten ist. Die „Zweitstimme“ entscheidet darüber, welche Partei die Mehrheit im Bundestag hat.
 
Fragen B2: Wie viele Parteien sind zur Bundestagswahl 2013 angetreten? Welche Partei hat gewonnen? (Text und Antworten in der Community)


Freitag, 3. Januar 2014

Peran dan Fungsi Mahasiswa terhadap Usaha Perbaikan Pendidikan Indonesia

Mahasiswa memiliki posisi penting di masyarakat. Di sisi lain, mahasiswa adalah fase manusa yang paling optimal. Kekuatan fisik, kematangan pikiran, intelektualitas, seluruhnya sudah terdapat pada fase mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa mampu untuk memiliki kepekaan yang tinggi. Kepekaan terhadap kondisi kekinian bangsa, salah satunya di bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan aspek paling penting pada sebuah peradaban bangsa. Dengan memiliki pendidikan yang berkualitas dan berkarakter, sebuah bangsa dapat mengoptimalkan pembangunannya. Kelaparan, pengangguran, kemiskinan, tidakan kriminal, KKN, dan masalah – masalah sosial lainnya dapat teratasi. Terbentuknya sebuah bangsa yang bermartabat berawal dari pendidikan yang bermartabat pula.
Akan tetapi, kondisi pendidikan bangsa Indonesia sangat jauh dari yang dimimpikan. Bangsa yang konon pada jaman Mojopahit pernah menguasai Asia Tenggara ini telah dibodohkan penjajah Belanda selama 3,5 abad. Keterpurukan di bidang pendidikan itu belum juga tertuntaskan hingga saat ini.
Pada September 2001, hasil penelitian di Singapura menunjukkan bahwa sistem pendidikan nasional pada urutan 12 dari 12 negara Asia, ini lebih rendah dari Vietnam Senada dengan  itu, di tahun 2000 hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) menunjukkan kualitas SDM Indonesia di urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan negara tetangga seperti Singapura di urutan 24, Malaysia di urutan 61,Thailand di urutan 76 dan Philipina di urutan 77.
Lebih ironis lagi jika kita berkaca pada laporan International Institute of Management Development pada tahun 2000 yang menyebutkan, dari 48 negara yang diukur, daya saing SDM Indonesia menempati urutan ke-47, sementara Thailand 34, Filipina 32, Malaysia 27, Singapura 2. Salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahnya peringkat HDI Indonesia adalah angka partisipasi pendidikan. Data dari Balitbang Depdiknas menyebutkan angka partisipasi murni (APM) pada jenjang SD/MI 94,44, SLTP/MTs 54,81, dan SLTA 31,46. Angka yang diperoleh Indonesia itu masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga. Angka partisipasi kombinasi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi Indonesia sekitar (64%), Malaysia 65%, Singapura 73%, Filipina 82%, dan Korea Selatan 90%.
Banyak hal yang menyebabkan kondisi pendidikan di Indonesia terpuruk seperti ini. Sistem pendidikan di Indonesia yang tidak stabil, anggaran pendidikan Indonesia yang kurang tepat sasaran, kualitas sumber daya pengajar yang kurang diperhatikan, serta infrastruktur yang kurang memadahi menjadi faktor penghambat kemajuan pendidikan di Indonesia.
Sistem pendidikan di Indonesia selalu berubah setiap negeri ini berganti kepemimpinan. Selama saat saya menjalani pendidikan dasar 12 tahun misalnya. Pada saat saya SD, kurikulum pendidikan menggunakan kurikulum 94. Saat SMP, kurikulum berubah menjadi KBK. Dan saat SMA, kurikulum kembali berubah, menjadi KTSP. Ternyata itu sudah terjadi sejak tahun 1950 ketika kurikulum pertama, “Rencana Pelajaran Terurai” diterapkan. Itu baru masalah di kurikulum pendidikan. Belum lagi tentang buku paket pembelajaran, tujuan pembelajaran, silabus pengajaran, dan poin – poin kecil pada sistem pendidikan yang lainnya.
Menurut MK UU APBN 2006 menyalahi amanah konstitusi UUD 1945 pada amendemen ke empat (18/8/2002), Pasal 31 ayat (4), Negara mengalokasikan sekurang – kurangnya 20% dari APBN. Akan tetapi realisasi hal tersebut tidak berjalan semulus yang direncanakan. Bisa saja benar jika 20% dari APBN disalurkan untuk pendidikan, namun sudah tepat sasaran kah? Penyaluran BOS dan bantuan pendidikan yang lain masih belum tepat sasaran.
Guru merupakan entitas yang berhubungan langsung dengan pelajar. Guru yang inspiratif dapat menetaskan pelajar – pelajar yang prestatif. Namun, apakah kualitas guru sebagai pendidik generasi penerus bangsa ini sudah terkualifikasi dan terkontrol dengan benar? Memang benar program sertifikasi pengajar sudah dilakukan. Namun, seberapa efektif kah program tersebut dijalankan? Belum terdapat data yang menjelaskan hal tersebut.
Infrastuktur pendidikan yang belum memadahi menjadi penyebab selanjutnya. Jika Indonesia hanya pulau Jawa, tingkat pembangunan infrastuktur bidang pendidikan bisa dibilang bagus. Akan tetapi, Sulawesi, Sumatra, Irian Jaya juga merupakan bagian dari Indonesia. Sudahkah infrastuktur pendidikan di sana memadahi? Hal ini juga berdampak pada ketidakmerataan tingkat pendidikan di Indonesia.
Beberapa faktor penghambat manjunya pendidikan tersebut, ada sebuah penyebab yang melatarbelakanginya. Ialah belum adanya realisasi dari Visi Pendidikan Indonesia jangka panjang. Sebuah visi yang jelas dapat mengarahkan seluruh entitas yang ada di dalamnya. Sistem pendidikan, realisasi 20% dana APBN untuk pendidikan, penyikapan dari seluruh stakeholder di bidang pendidikan, dan perbaikan infrastruktur mengacu pada visi yang sama. Dari visi yang terintegrasi tersebut, diharapkan seluruh elemen bisa bergerak sinergis menuju pendidikan Indonesia yang berkarakter dan bermartabat.
Mahasiswa seharusnya peka menanggapi masalah seputar pendidikan ini. Karena pada hakekatnya, mahasiswa merupakan konsumen pendidikan. Mahasiswa merupakan entitas yang bisa menikmati pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Oleh karena itu, bukan saatnya bagi mahasiswa untuk bersifat egois, melakukan demonstrasi atas kebijakan pendidikan di kampus saja. Sekarang saatnya mahasiswa harus memikirkan selusi atas permasalahan di dunia pendidikan ini.
Memang benar, mahasiswa tidak mungkin membuat keputusan strategis mengenai sistem pendidikan, meningkatkan kualitas guru dengan mengadakan program sertifikasi mandiri, membangun infrastuktur secara mandiri, dan hal – hal yang bersifat strategis lainnya. Lantas, bagaimana mahasiswa menyikapi dan memberi solusi atas permasalahan ini?
Peran dan Fungsi Mahasiswa lah yang seharusnya dapat diterapkan sebagai solusi di bidang pendidikan ini. Dengan mengamalkan PFM, mahasiswa bisa membuat suatu pemikiran yang rekonstruktif dan solutif terhadap permasalahan seputar pendidikan di bangsa ini. Buah pikiran tersebut dapat disumbangkan kepada pihak terkait. Selain itu mahasiswa bisa melakukan kontrol terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan. Dengan demikian, komunikasi antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah dapat berjalan dengan baik dengan menghasilkan  suatu solusi bagi kebuntuan permasalahan pendidikan.
Mahasiswa sebagai generasi intelektual hanya bisa dihargai eksistensinya dengan kualitas intelektualnya pula, bukan dengan hal lainnya. Jika mahasiswa sudah tidak lagi bisa mengandalkan kecemerlangan intelektualnya, maka kemampuan lain apa yang bisa dipertaruhkan mahasiswa bagi negara ini. Oleh karena itu mahasiswa memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu pendidikan bangsa. Kontribusi itu bisa berupa:
· Pengembangan Potensi Diri
Mahasiswa mengembangkan potensi dirinya sebagai bentuk kesadaran akan hakikat pendidikan yang mendasar.
· Melakukan Kontrol Kebijakan Pemerintah
Sesuai dengan peran dan fungsinya, mahasiswa wajib melakukan kontrol kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan menegnai penentuan arah dan karakteristik pendidikan bangsa.
· Memenuhi Kebutuhan akan Perbaikan Sistem Pendidikan Nasional
Mahasiswa seharusnya mampu menjawab dan memberi solusi atas kebutuhan – kebutuhan akan perbaikan sistem pendidikan di Indonesia. Hal yang paling sederhana adalah dengan berprestasi di bidang kita masing – masing. Dengan seperti itu, akan lahir banyak ahli di banyak bidang. Ahli – ahli tersebut sekaligus sebagai pemberi solusi terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia.
Dengan menerapkan usaha – usaha tersebut, diharapkan mahasiswa benar – benar berperan dalam perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Indonesia tidak butuh wacana untuk berubah. Indonesia butuh peubah, entitas yang bisa mengubah keterpurukan, menjadi kemakmuran. Mahasiswa harus mampu menjadi entitas peubah itu, demi Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.

Artikel ini ditulis oleh Nurkholis Mistari

Mengenal Lebih Dekat Basis Pendidikan Karakter

Pesantren menduduki posisi yang unik dalam dunia pendidikan di Indonesia. Salah satu hal unik yang mendapat banyak pujian adalah keberhasilannya dalam menanamkan pendidikan karakter. Sehingga tidaklah mengherankan jika dalam beberapa tahun terakhir ini banyak pakar pendidikan tertarik  mengadopsi pola pendidikan pesantren ke dalam  pendidikan umum (SD, SMP, SMU, perguruan tinggi).
Keberhasilan pendidikan karakter di pesantren  ini tidak lahir di ruang hampa tetapi merupakan sebuah pola pendidikan yang dikembangkan secara konsisten dalam semua aspeknya. Misalnya saja keteladanan, sopan santun, kesederhanaan, kemandirian, pemahaman dan pendalaman ilmu agama serta masih banyak aspek lainnya.

Setidaknya hal  tersebut tersirat dari pengamatan penulis saat menyertai Prof Dr Laode M Kamaluddin (Rektor Unissula) dalam kunjungan ke berbagai pondok pesantren sepanjang tahun 2011  ini. Rektor ingin menjalin silaturahmi serta membangun komunikasi langsung dengan para Ustad dan Kyai serta mendengar aspirasi dari para santri.

Sowan

Saat sowan dengan Mudir Ma'had Ustad Drs Ma'ruf Rohmat dan para asatid (guru) di pondok pesantren modern Islam (PPMI) Assalaam Sukoharjo (9/2). Ada banyak pelajaran penting tentang pendidikan karakter yang penulis tangkap. Misalnya saja saat salah seorang guru mengataan tentang betapa beratnya tantangan mendidik anak di zaman sekarang ini “Di sini semua santri kita ajarkan ilmu agama, kita biasakan disiplin, tertib, sopan, tapi pembiasaan itu tidak mudah karena pembiasaan yang berbulan bulan itu terkadang bisa juga luntur saat mereka pulang liburan beberapa minggu. Masih menurut guru tersebut “Itulah mengapa mengasramakan mereka menjadi hal penting dimana kita bisa memonitor 24 jam, bayangkan jika mereka ngekos di luar kita tidak tahu aktifitas mereka”.

Dari situ kita bisa mengambil banyak pelajaran penting misalnya saja pendidikan yang baik mengharuskan adanya pembiasaan pembiasaan baik, yang harus pula dilakukan secara konsisten. Monitoring juga menjadi kata kunci yang tampaknya tidak mudah dilakukan oleh lembaga pendidikan manapun jika tidak dilakukan dengan mengasramakan peserta didik. Sehingga tidaklah mengherankan jika mengasramakan menjadi salah satu keunggulan pendidikan pesantren.

Saat mengunjungi pesantren Futuhiyah Meranggen Demak (18/1), banyak cerita menarik yang penulis catat misalnya saja saat KH Hanif Muslih mengatakan tentang ada beberapa fihak yang ingin memberikan bantuan kepada sekolah- sekolah di bawah yayasan Futuhiyah namun mengharuskan berbagai persyaratan. Masih menurut Kyai Muslih sebaiknya kalau mau membantu ya membantu saja jika tidak pun  lembaga pendidikannya masih tetap bisa berjalan.

Pendidikan karakter seperti ini penting dan ironisnya sering kita lupakan. Bukankah sesuatu hal yang esensial tetap berusaha berdiri di atas kemampuan diri sendiri (berdikari), percaya diri, dan mengedepankan kesederhanaan dan ketegasan. Bukankah teramat banyak kehancuran yang diawali dari istilah membantu yang ujung ujungnya menjerat dan akhirnya menjadi beban yang teramat berat. Juga teramat banyak kerugian yang ditimbulkan dari sebuah ketidaktegasan (karakter tidak tegas). Risalah kenabian yang di pelajari di pesantren yang mengajarkan pentingnya bersikap jelas dan tegas tentu akan membentuk karakter yang unggul juga. Santri diajarkan untuk mampu membuat batasan yang jelas misalnya saja tentang halal haram, yang boleh dan yang tidak boleh bukankah risalah kenabian itu juga jelas yang haram itu jelas dan yang halal itu juga jelas. Santri juga diajarkan mengatakan yang benar meskipun itu pahit

Demikian halnya saat berdialog dengan para santri ada juga hal yang menarik misalnya mereka menyambut baik silaturahmi Unissula dan bahkan menyayangkan kenapa tidak dari dulu padahal banyak hal yang ingin mereka ketahui seperti seluk beluk perguruan tinggi”. Tampaknya persahabatan, keterbukaan  dan mau berdialog menjadi salah satu karakter unik pesantren yang membuat  mereka begitu dekat dengan masyarakat. Ini salah satu pelajaran penting yang terkadang  acap kali di abaikan bahkan oleh orang orang terdidik sekalipun.

Bukankah salah satu esensi penting dalam hidup adalah menjadi manusia yang mampu memberikan manfaat pada orang lain. Dimana hal itu akan lebih maksimal jika dilakukan oleh orang orang yang terdidik. Sehingga semakin berpendidikan tinggi semestinya seseorang bisa semakin dekat dan menyelami permasalahan permasalahan masyarakat bukan justru sebaliknya menjadi pribadi layaknya menara gading yang susah dijangkau dan mengambil jarak dengan masyarakat.

Saat rombongan Unissula sowan ke Pesantren Girikesumo yang di asuh oleh KH Munif Zuhri juga banyak hal menarik yang penulis catat. Misalnya saja Kyai Munif senang membangun kerjasama dengan universitas karena universitas biasanya unggul dalam iptek sedangkan pesantren kuat dalam hal ruhaniayah dan spiritualitas. Jika dua hal tersebut di satukan maka akan memberikan banyak mafaat bagi umat.

Ada banyak pembelajaran penting yang disampaikan Kyai Munif dalam pertemuan tersebut namun dari hal di atas saja kita seakan diingatkan kembali tentang pentingnya membangun persatuan, kebersamaan (membangun jamaah) untuk kemaslahatan umat. Menempatkan pesantren sebagai tempat bertanya dan meminta nasihat juga sebuah hal yang selayaknya dilakukan oleh umat karena pesantren merupakan basis pembangunan ruhani dan spiritualitas jelas dan teruji.

Tentu masih banyak hal menarik jika berbicara tentang  pesantren, namun dari beberapa kunjungan itu saja penulis bisa mengambil benang merah yakni ada begitu banyak pendidikan karakter unggul yang telah dibudayakan di sana sejak ratusan tahun lalu. Dimana hal tersebut mempertegas dan memperjelas posisi pesantren dalam pembangunan karakter bangsa selama ini.

Tampaknya tidak terlalu berlebihan dan cukup logis jika menyimak pernyataan Mendiknas M Nuh dalam seminar nasional pendidikan karakter bangsa melalui pola pendidikan pesantren yang dihelat tahun lalu di Jakarta. Ia mengatakan bahwa pola-pola pendidikan berbasis karakter yang berkembang di pondok pesantren dinilai berhasil. Sehingga Kementerian Pendidikan Nasional ingin memasukkan tradisi pendidikan pesantren ke sekolah umum.

Masih menurut Mendiknas Dia menyatakan, pada 2011 pendidikan karakter akan dijadikan gerbang untuk menanamkan karakter mulai dari sekolah. Kita tunggu saja realisasinya

Cerita Tentang Katak Kecil


Pada suatu hari ada sekumpulan katak-katak kecil,…
… yang berlomba-lomba
Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.
Penonton berkumpul bersama  mengelilingi menara untuk menyaksikan  perlombaan dan memberikan semangat kepada para peserta…
Perlombaan pun dimulai…
Secara jujur:
Tak satupun penonton benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil akan bisa berhasil mencapai puncak menara.
Terdengar ada yang berkata:
“Oh, jalannya terlalu susahhhhh!!
Mereka  TIDAK AKAN BISA sampai ke puncak.”
atau:
“Tidak ada kesempatan untuk berhasil…Menaranya terlalu tinggi…!!
Katak-Katak kecil mulai berjatuhan. Satu persatu…
… Kecuali mereka  yang tetap bersemangat menaiki menara perlahan- lahan semakin tinggi…dan semakin tinggi..
Penonton terus bersorak
“Terlalu susah!!! Tak seekor pun yang akan berhasil!!!”
Lebih banyak lagi katak kecil yang lelah dan menyerah…
…Tapi ada  SATU yang tetap melangkah hingga semakin tinggi dan tinggi…
Dia tak kenal menyerah kalah!
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali  seekor katak kecil yang begitu berusaha keras dan menjadi  satu-satunya yang BERHASIL sampai KE PUNCAK!
SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?
Seekor peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil itu mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan?
Ternyata…
Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!
Nasihat dari cerita ini adalah:
Jangan sekali kali mendengar kata orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis…
…karena mereka akan mengambil sebahagian besar mimpi kita dan menjauhkannya dari kita.
Selalulah ingat kata-kata bertuah yang ada.
Karena segala sesuatu yang kita dengar dan kita baca akan mempengaruhi perilaku kita!
Karena itu:
Selalu tetap….
POSITIVE!
Dan yang terpenting:
Bersikap TULI jika ada orang mengatakan bahwa KITA tidak bisa mencapai cita-cita kita!

33 Pesan Nabi – Jaga Mata, Jaga Telinga, Jaga Mulut



———————————————————————————————-
1. ORANG YANG HATINYA TERGANTUNG DI MESJID
Didepan sekolah ada preman yang ingin membeli es cendol
Preman     : Pak gw pesen es nya dong serebu !
Penjual es : iya sebentar saya buatkan dulu ya mas
Lalu terdengar suara adzan berkumandang, ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR
Penjual es : Mas ini es nya. Silahkan !
Preman     : Ahh..akhirnya
Penjual es : Mas saya tinggal dulu sebentar, saya mau solat
Preman     : Hah ? yakin lu ? emang lu ga takut dagangan lu diambil orang ?
Penjual es : Saya lebih takut lagi kalau tidak dapat shaf pertama mas
Preman     : Oohh…so swit. Paakk Gw ikut dong !
———————————————————————————————-
2. ADAB MAKAN
Saat liburan A diajak bosnya untuk makan di hotel mewah bersama B
A : Wahh keren banget nih hotel, gede cing !
B : Enjeh apik yo
A : Lu udah pernah makan di hotel belom ? Si bos mau traktir steak nih. Lu jangan ndeso ya !
B : Enjeh mas
Setelah memesan, steak pun datang. A memegang garpu ditangan kiri dan pisau ditangan kanan sementara B sebaliknya
A : Dasar ndeso lu. Dimana-mana makan steak garpunya ditangan kiri, pisaunya dikanan
B : Enjeh saya tahu, tapi lebih baik saya ndeso dihadapan manusia daripada saya ndeso dihadapan ALLAH dan RASULULLAH
Dari Umar Bin Abu Salamah, Rasulullah saw bersabda : Hai anak muda, bacalah “bismillah”. Makanlah dengan mempergunakan tangan kanan dan ambilah dari piring yang berada dekat denganmu saja (H.R. Bukhari)
Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda : Apabila kamu makan dan minum, makan dan minumlah dengan tangan kanan, karena hanya setan yang makan minum dengan tangan kiri (H.R. Muslim)
———————————————————————————————-
3. KORUPSI
sebentar lagi masuk kuliah, karena terburu-buru A tidak memakai helm
A : ayo cepetan, bentar lagi telat nih !
B : Lu yang lama, gw nungguin dari tadi !
Ketika di perempatan rawamangun, A melihat kanan kiri. Sementara B deg-degan takut kena tilang polisi
A : Mudah-mudahan aja ga ada polisi
Tiba-tiba, PRIIITTT PRIIITT !
Polisi : Stop ! bisa lihat surat-suratnya mas ? sudah tahu kesalahannya ?
B      : Iya pak maaf, tadi buru-buru sih jadi lupa
Polisi : Mas kami tilang
A      : Udah damai aja damai
Polisi : Astagfirullah
Karena cuaca panas, Pak polisi mengajak mereka duduk dan minum es sebentar
Polisi : Gaji saya memang tidak terlalu besar, tapi Alhamdulillah, Allah mencukupkan kebutuhan keluarga saya. Memang ada teman yang gelap mata, mamakan uang damai, uang suap, uang keamanan. Tapi ada juga yang tegas menolak, kami sadar uang panas, ujung-ujungny membaka. Membakar kehormatan kami, anak-anak kami dan akhirnya membakar diri kami. Jaman rasul menggelapkan sepotong baju atau jarum saja bisa masuk neraka, apalagi uang suap berkali-kali. saya juga takut suatu ketika terbawa arus, saya ingin mengundurkan diri. Tapi di Indonesia ini bagian mana yang benar-benar bersih. Jadi saya bertekad untuk bertahan dan berladang kebajikan. Disini mungkin golongan seperti kami tidak terlihat masyarakat. Tapi ALLAH MAHA MELIHAT
B      : Huuuaaa….Pak kami rindu sosok polisi seperti bapak. Alhamdulillah masih ada polisi baik
A      : Tilang saya pak ditilang 100 pun saya ikhlas
Polisi : Loh ???
Rasulullah bersabda : Barang siapa yang kami angkat di antara kamu memangku suatu jabatan, lalu disembunyikannya terhadap kami sebuah jarum atau yang lebih kecil dari itu, maka perbuatannya itu adalah penggelapan. Dia akan datang pada hari kiamat membawa barang yang digelapkanya itu (H.R Muslim)
Sumber : Buku ” 33 Pesan Nabi – Jaga Mata, Jaga Telinga, Jaga Mulut “

10 KIAT REZEKI LANCAR

1. TAWAKKAL KEPADA ALLAH SWT
“Barang siapa bertawakal kepada Allah (SWT), niscaya Allah (SWT) mencukupkan (kebutuhannya).” (QS. At-Thalaq: 3)
“Seandainya kamu bertawakal kepada Allah (SWT) dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan sore hari telah kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Hakim).
2. BANYAK ISTIGHFAR
Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665)
3.TINGGALKAN DOSA
“… Dan seorang manusia akan diharamkan baginya rezeki karena dosa yang dibuatnya.” (HR. Tirmidzi)
4. BANYAK ZIKIR
“(Yaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (SWT). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah (SWT) hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
5. BAKTI KEPADA ORANG TUA
“Siapa berbakti kepada orang tuanya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah Swt akan memperpanjang umurnya.” (HR. Abu Ya’ala, Thabrani, Asybahani dan Hakim)
6. BANYAK AMAL SOLEH & MEMBANTU KESULITAN ORANG YANG LEMAH
“Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan karena orang-orang lemah di kalangan kamu.” (HR. Bukhari)
“Siapa yang menunaikan hajat saudaranya maka Allah Swt) akan menunaikan hajatnya” (HR Muslim)
7. BANYAK SILATURAHMI
“Barang siapa ingin dilapangkan rizkinya dan dilambatkan ajalnya maka hendaklah dia menghubungi atau menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari)
8. BANYAK SEDEKAH
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadid: 18)
9. TAHAJJUD
Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” (HR. Bukhari Muslim)
10. BANYAK BERSYUKUR & TIDAK LALAI DALAM BERIBADAH
“Sesungguhnya! Jika kamu bersyukur, niscaya Aku tambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan sesungguhnya jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat keras.” (QS. Ibrahim: 7)
“Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku, maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim)

17 Hal yang harus diingat


1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari (bingung), tapi HARUS DIHADAPI dengan tenang (dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai/ ada jalan keluarnya.
2. Menghadapi semua hal, tdk boleh berpikir negatif, seperti: "saya pasti tdk mampu", "saya tdk bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.
3. Sudah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang jelek/negatif. Selalu berpikir yang positif (baik).

4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan : TIDAK ADA PESTA YANG TIDAK BERAKHIR.

5. Orang yg sukses 85% ditentukan dari sikap/prilaku, 15% baru ditentukan ketrampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.

6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. sekarang ada orang yang tdk senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7. Hukum karma, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jgn melakukan kejahatan. Dan jgn berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!

8. Kesehatan asalah paling nomor satu (berhaga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.
9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sdh tahu TIDAK MUNGKIN SELALU LANCAR/TENANG. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.

11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek
oleh orang yg mendengarkannya.

12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita HARUS TAHU DIRI/JANGAN TERPENGARUH LINGKUNGAN. Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.

13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan
budi orang2 yang telah membantu kita.

14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. HARGAILAH DIRIMU APA ADANYA!!!\

15. JANGAN MEMPERTENTANGKAN (MEMPERDEBATKAN) hal hal kecil yang tdk berguna
dengan siapapun juga.
16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/sembahyang, banyak berbuat baik serta tdk blh berputus asa.

17. Jangan Menilai orang dari Harta(kekayaan), penampilan ataupun kondisi
fisik. Semua orang itu SAMA!!!

Poor is as Happy as Rich


Perihal menjadi kaya ini, biasanya orang selalu berpendapat bahwa apabila mereka menang lotere maka mereka akan menjadi kaya raya dan sangat bahagia. Tapi apakah itu benar ? Cerita ini dimulai di sebuah pantai Meksiko, di sebuah dusun nelayan. Pada suatu hari menjelang waktu makan siang seorang turis dari Amerika memperhatikan para nelayan pulang dan menurunkan hasil tangkapan ikan mereka. Para nelayan itu kemudian bersiap-siap untuk pulang ke rumah.
Lalu turis Amerika itu bertanya kepada salah satu nelayan, "Oh Tuan, kalau tidak keberatan, bolehkan saya bertanya apa yang anda lakukan?" Nelayan itu menjawab, "Tuan, saya baru pulang dari melaut, saya senang karena hasil tangkapan ikan hari ini bisa untuk membayar kebutuhan hidup kami. Jadi saya sekarang akan pulang dan makan siang dengan istri saya. Setelah makan siang saya akan tidur siang (siesta) dan sore harinya nanti akan bermain dengan anak-anak saya. Kemudian pada petang hari setelah makan malam, mungkin saya akan ke warung, bermain gitar serta minum-minum santai bersama beberapa teman. Sungguh menyenangkan sekali."

Turis Amerika itu kemudian berkata, "Tuan, apabila tidak keberatan saya ingin memberikan sedikit saran. Saya adalah profesor pengajar mata kuliah bisnis di sebuah Universitas yang terkenal di Amerika, saat ini saya sedang berlibur. Saya ingin memberikan saran untuk menolong Anda. Bagaimana kalau Anda pergi melaut lagi sehabis makan siang nanti? Maka Anda dapat menangkap ikan yang jumlahnya dua kali lipat dari biasanya. Anda bisa mendapat lebih banyak uang. Dengan uang itu dalam beberapa bulan Anda bisa menggaji pegawai dan menambah sebuah perahu lagi, sehingga jumlah ikan yang Anda tangkap menjadi empat kali lipat." "Dengan cara seperti ini dalam kurun waktu 5 atau 6 tahun Anda bisa menjadi juragan besar pemilik armada berpuluh-puluh perahu nelayan. Setelah itu anda bisa memindahkan kantor perusahaan Anda ke sebuah kota besar dan melebarkan sayap usaha Anda ke bidang-bidang bisnis lainnya. Sebagai seorang Direktur dari perusahaan besar, Anda bisa mengambil gaji besar. Kemudian daftarkan perusahaan Anda pada bursa saham dan 'go public' untuk menjaring modal yang lebih banyak lagi. Kemudian Anda beli kembali saham Anda sehingga harganya semakin naik agar nantinya bisa menjual semua saham Anda dengan harga yang lebih tinggi. Setelah itu Anda bisa pensiun dengan nyaman."

"Dalam tempo lima puluh tahun Anda pasti akan pensiun sebagai seorang milyarder kaya raya, saya jamin itu karena saya seorang professor mata kuliah dan sangat paham dengan urusan ini." Nelayan Meksiko tersebut mendengarkan dengan sangat seksama dan penuh rasa hormat. Di akhir pemaparan professor itu, dia lalu bertanya, "Tapi Tuan, apa yang akan saya lakukan dengan uang yang sangat banyak nanti?" Professor Amerika tertegun untuk beberapa saat, anehnya professor ini tidak pernah memikirkan rencana bisnisnya sampai sejauh ini. Satu-satunya hal yang terlintas dalam pikirannya adalah bagaimana cara untuk menghasilkan lebih banyak uang, tapi tidak pernah terpikir olehnya untuk apa uang tersebut akan digunakan.

Professor itu kemudian menjawab, "Dengan uang itu nanti Tuan bisa pensiun, santai. Mungkin bisa liburan di kampung nelayan yang tenang dan nyaman, seperti kampung ini contohnya. Anda bisa membeli perahu kecil dan pergi menangkap ikan untuk bersenang-senang di pagi hari dan pulang di siang hari untuk makan siang bersama istri Anda. Kemudian Anda bisa tidur siang dan bermalas-malasan atau bermain dengan anak-anak. Petang harinya Anda bebas pergi ke warung dan bersenang-senang dengan teman Anda."

Nelayan tersebut menjawab "Tapi Tuan, bukankah itu semuanya seperti yang sudah saya lakukan saat ini?" Professor itu kemudian terdiam dan kehilangan kata-katanya.

Seringkali itulah yang terjadi, banyak orang ingin menjadi kaya raya agar mereka dapat hidup seperti orang miskin

Aku menangis untuk adikku 6 kali


Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demihari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung merekamenghadap ke langit.Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis disekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laciayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut didepan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.:
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa punmengaku, jadi Beliau mengatakan :
"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!".
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikkumencengkeram tangannya dan berkata :
"Ayah, aku yang melakukannya! ".
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitumarahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisannafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami danmemarahi,:
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yangakan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati!Kamu pencuri tidak tahu malu!".
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuhdengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahanmalam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutupmulutku dengan tangan kecilnya dan berkata :
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanianuntuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masihkelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikkuketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk keSMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk kesebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman,menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnyamemberengut :"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitubaik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas. Sambil berkata :
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?".
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata :
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyakbuku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya sambil berkata :
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?. Bahkan jikaberarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berduasampai selesai!".
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjamuang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yangmembengkak, dan berkata :
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidakakan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.".
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan keuniversitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikkumeninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacangyang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkansecarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja danmengirimu uang.".
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan airmata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun.Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yangadikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, akusedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan :
" Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !".
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, danmelihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen danpasir. Aku menanyakannya, :
"Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan merekapikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akanmenertawakanmu? "
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debudari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku :
"Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamuadalah adikku bagaimana pun penampilanmu. ..".
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Iamemakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan :
"Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harusmemiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalampelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telahdiganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, akumenari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskanbegitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambiltersenyum :
"Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkahkamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendelabaru itu..".
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratusjarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya danmebalut lukanya.aku bertanya :
"Apakah itu sakit?".
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi,batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidakmenghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun kewajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota . Banyak kali suamiku dan akumengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi merekatidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidakakan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan :
"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkanpekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikkumenolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerjareparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan akupergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu :
"Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harusmelakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yangbegitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. :
"Pikirkan kakak ipar...ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidakberpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apayang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yangsepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu,ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani daridusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanyakepadanya :
"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?".
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab :
"Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidakdapat kuingat :
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiaphari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah danpulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja danberjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetarankarena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjagakakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannyakepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku akhirnya keluar juga :
"Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaanini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Sistem Pendidikan Jerman


Pada bagian ini akan diberikan gambaran singkat tentang sistem pendidikan di Jerman serta perbedaan-perbedaannya dibandingkan dengan sistem pendidikan di Indonesia, baik pada level pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi.


   Pendidikan Pra Perguruan Tinggi

Berbeda dengan di Indonesia yang menganut sistem pendidikan tiga jenjang SD-SLTP-SLTA, Jerman hanya memiliki dua jenjang pendidikan Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule atau Berufschule).
Jenjang Pendidikan Pra Perguruan Tinggi di Jerman memerlukan waktu tempuh normal selama 13 tahun (berbeda dengan di Indonesia, dimana pendidikan SD-SLTP-SLTA bisa diselesaikan hanya dalam waktu 12 tahun). Pendidikan sekolah dasar (Grundschule) diberikan dari kelas 1 – 6, dan setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk memilih melanjutkan ke Gymnasium, Realschule atau Berufschule.
Gymnasium diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai yang dianggap mampu melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Jenjang ini ditempuh mulai dari kelas 7 – 13, dan setelah lulus mereka diberi ijazah yang dikenal sebagai „Abitur“. Jadi sebelum masuk ke perguruan tinggi, seorang siswa menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah selama 13 tahun. Berufschule diperuntukkan bagi siswa-siswa yang langsung dipersiapkan memasuki dunia kerja dan tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan Realschule ada di tengah-tengah keduanya. Kalau dianggap bagus, siswa dari Realschule bisa meneruskan ke Gymnasium untuk mendapatkan Abitur, atau bisa juga langsung memasuki dunia kerja.

   Pendidikan Tinggi

Setelah mendapatkan Abitur, siswa langsung bisa mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi. Berbeda dengan calon mahasiswa di Indonesia yang harus mengikuti ujian tertulis (UMPTN), disini calon siswa sama sekali tidak perlu mengikuti ujian seleksi. Calon mahasiswa tinggal mengirimkan berkas lamarannya, dan universitas akan langsung memutuskan berdasarkan nilai Abitur. Hal tersebut bisa dilakukan karena pendidikan di seluruh Jerman, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi, memiliki kualitas yang bisa dikatakan sama.  
Untuk menjamin kualitas yang merata di semua sekolah, setiap anak wajib masuk ke sekolah terdekat yang telah ditunjuk oleh pemerintah (Bila memilih untuk belajar di sekolah selain yang telah ditunjuk, maka orang tuanya harus mengajukan permintaan khusus disertai dengan alasan-alasannya). Sebaliknya, pemerintah pun menyediakan guru-guru dan fasilitas pendidikan yang merata di semua sekolah, baik di kota besar maupun di pelosok yang jauh dari kota.

   Universitas dan Fachhochschule

Ada dua jenis pendidikan tinggi di Jerman, yaitu Universität (universit, selanjutnya disingkat UNI) dan Fachhochschule (applied university, selanjutnya disingkat FH).
Perbedaan antara UNI dan FH diantaranya bisa disebutkan sebagai berikut:
1) Materi perkuliahan.UNI lebih menekankan ke teori dan kepadanya diberikan tanggung jawab dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Komposisi antara teori dan praktek di UNI berkisar 60:40. Sebaliknya, FH (sesuai dengan namanya) lebih menitik beratkan ke aspek terapan, dengan komposisi teori dan terapan 40:60.
2)  Jadwal perkuliahan. Jadwal perkuliahan di UNI adalah Okt-Maret untuk musim dingin (Winter Semester) dan April-September untuk musim panas (Sommer Semester). Sebaliknya untuk FH perkuliahan dimulai lebih dini, yaitu Agustus-Januari untuk musim dingin (WS) dan Februari-Juli untuk musim panas (SS).
3)  Waktu melamar. Karena perbedaan waktu kuliah sebagaimana disebutkan pada 2), maka jadwal untuk proses seleksi pun juga berbeda. Pendaftaran di FH ditutup lebih cepat dibandingkan dengan di UNI. (cari jadwal lebih detail)

    Program-program Pendidikan yang ditawarkan

a) Program klasik
Berbeda dengan di Indonesia dan sistem 3 jejang (Sarjana-Magister-Doktor), sampai saat ini Jerman masih menganut pendidikan tinggi dengan dua jenjang, yaitu Diplom (Dipl.) dan Doktor (Dr).
Dalam jenjang Diplom ini, pada tahun-tahun pertama mahasiswa diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah dasar (dikenal dengan nama Grundstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah di Grundstudium mahasiswa diberi sertifikat Vordiplom, akan tetapi sertifikat ini bukanlah gelar kesarjanaan. Untuk menyelesaikan Vordiplom, mahasiswa memerlukan waktu sekitar 2,5 tahun. Setelah mendapatkan Vordiplom, barulah mahasiswa diijinkan mengambil mata kuliah keahlian pada level yang lebih tinggi (dikenal dengan Hauptstudium). Setelah menyelesaikan semua mata kuliah Hauptstudium, barulah mahasiswa diijinkan menulis tugas akhir (dikenal dengan nama Diplomarbeit) sebagai syarat kelulusan Diplom. Jadi, Diplom adalah gelar resmi pertama yang diperoleh setelah seseorang menyelesaikan studinya di UNI atau FH.
Antara Diplom UNI dan Diplom FH memiliki perbedaan-perbedaan, diantaranya:
1)    Diplom FH bisa diselesaikan dalam waktu 4,5 tahun sedangkan Diplom UNI baru bisa diselesaikan dalam waktu 5 tahun.
2)    Diplom FH memiliki muatan terapan yang lebih besar (60% perkuliahan) dibandingkan dengan Diplom UNI (40% perkuliahan).
3)    Diplom FH tidak dirancang untuk melanjutkan ke jengang Doktor. Apabila pemegang Diplom UNI ingin melanjutkan ke program Doktor, maka yang bersangkutan harus mengikuti proses persamaan terlebih dahulu. Dalam fase ini, kepadanya diwajibkan mengikuti serangkaian mata kuliah pada level Hauptstudium. Bisa juga ia mengikuti program Master terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke program Doktor. Sebaliknya, pemilik gelar Diplom UNI bisa langsung melanjutkan studi ke jenjang Doktor.
b) Program Baru
Berdasarkan Kesepakatan Bologna tahun 1999, semua negara EU bersepakat untuk menyesuakan sistem pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya di kawasan EU. Hal ini perlu dilakukan karena Kesepakatan Maastricht tahun 1992 menjamin bahwa semua negara EU harus mengakui kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh Universitas maupun lembaga profesi di negara-negara EU lainnya.
Dari Kesepakatan Bologna 1999 tersebut, salah satu isinya adalah semua negara EU akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang Bachelor-Master-Doktor. Disepakati pula bahwa Bachelor (dengan waktu tempuh 3-4 tahun) adalah gelar kesatjanaan pertama yang diberikan oleh Universitas, dimana pemilik gelar tersebut diyakini telah siap memasuki dunia kerja. Program pendidikan Master adalah pendidikan lanjutan setelah bachelor dan diberikan selama 2 tahun.
Berdasarkan kesepakatan Bologna 1999 tersebut, UNI dan FH di Jerman telah mulai mengkonversi sistem lamanya Diplom-Doktor ke sistem baru Bachelor-Master-Doktor. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika saat ini telah ada jengang Bachelor-Master di ahmpir semua UNI dan FH. Paling lambat tahun 2010 semua UNI dan FH di Jerman harus sudah mengadopsi sistem Bachelor-Master-Doktor seratus persen. Di Feie Universität Berlin dan Humboldt Universität zu Berlin bahkan sistem ini sudah akan diadopsi penuh paling lambat tahun 2007.
About these ads

Oleh Asri Ismail, di pos ulang.

Menaruh Luka di Peraduan Senja (Eksploitasi Rasa)

Sudah beberapa bulan ini, aku masih saja berkutak pada masalah yang sama. Ada beberapa larik-larik yang belum sempat saya terjemahkan. Bukan karena tidak ada waktu untuk menuntaskan kegelisahan ini, tapi rasa-rasanya beban itu melelehkan semangat saya. Ini kali pertama seumur hidup saya menemukan luka yang obatnya harus menggunakan duri untuk menyembuhkan. Entah sudah berapa kali otak ini saya peras. Hasilnya nihil, luka itu malah semakin parah.
Ilustrasi (Foto : Google search)

Beberapa rentetan kejadian menghempaskan deretan-deretan kisah pilu berbalut kemelaratan. Saya letih melawan, melawan keteledoran, melawan ego yang berujung pemaksaan air mata mengalir disebilah parang yang tajam. Ini bukan curhat, saya hanya mencoba menumpahkan rasa, sebab kapasitas batin dan hati saya tidak mampu menampung.

Setiap senja perlahan-lahan hilang, lagi-lagi penyakit itu kambuh. Malam selalu saja menyekap ruang kenyamanan. Ia menghadirkan sepi di tengah nyanyian kesunyian. Kadangkala, untuk mencicipi ke-muram-an ini, saya membutuhkan secangkir kopi, sesekali mencampurinya dengan sebatang rokok yang setia terjepit dibibir.

Ah..malam selalu saja menjadi candu, tak pernah sekali saja ia melepaskan diri dari lilitan pikiran. Meski saya tahu, dibalik kesepian yang ditawarkan, ada bulan yang malu-malu memancarkan cahaya, mungkin disana ada jawaban tentang semuanya. Dan di langit-langit tertutup awan gelap, saya melihat bintang-bintang menari-nari. Ekspresinya sulit saya maknai, semisal pesta kelabu yang dituangkan ke bumi untuk mengetahui seberapa hebat makhluk yang mendiaminya.

Hari ini, saya masih saja berdiri diatas tali yang bisa saja menjatuhkan ketika gejala alam tiba-tiba tak lagi bersahabat. Sepertinya menikmati labirin yang menjebak adalah kesesalan. Sedari itu, saya juga heran dengan tingkah ini bolak-balik melewati beberapa fase, akhirnya berakhir ke semula. Bagi kebanyakan orang, ia menafsir-nafsirkan saya mencoba bersembunyi dibalik semua masalah ini, mungkin saja mereka mengira saya lari dan seolah tak kembali lagi bersama menertibkan kelalaian ini. Terserah, seperti apa asumsi itu di tempatkan . Saya hanya mencoba menarik beberapa helai larik dulu, saya akui ini tak mudah, kerikil-kerikil bertaburan di jalan perjuangan.

Saya memahami bahwa apa yang ada saat ini, ujian akan kemanusian saya. Endingnya akan menentukan seperti apa kualitas saya. Walau, diawal semua sudah terbaca, tapi saya yakini instrument yang kita pakai terbatas dibeberapa arah. Mungkin, ada banyak yang merasakan imbas dari keguguran daun yang ditiupkan angin ketidaksetiaan. Maaf untuk itu, sejatinya kesucian itu bukan berarti dia tidak pernah kotor atau dikotori. Kadangkala, ia menjadi bagian dari etalase kehidupan.

Kalau ada yang bertanya lantas apa yang saya akan perbuat untuk menutupi “malu” yang malu-maluin ini, biarkan keindahan alam yang menampar subjektivitas kemulian batin anda. Hanya bagi mereka yang tak pernah lelah memegang erat tangan ini tahu bagaimana rasanya dalamnya lubang yang digali dengan tetesan keringat murni keikhlasan. Mereka pula yang bisa menggerakan tangan dan kaki-nya untuk menghapus jejak-jejak yang dianggap belum siap lahir. Bukan pada mereka, yang mulutnya berkoar-koar seolah-olah suci, padahal kita tahu ada busa yang berbisa melekat dipinggir bibirnya. Terlebih kepada mereka yang telinga-nya tak mampu memfilter suara-suara sumbang, padahal seyogyanya telinga tak hanya difungsikan untuk mendengar tetapi tahu membedakan mana suara bebek dan mana suara manusia.

Akhirnya, saya menganggap senja adalah kemunafikan yang bertahta keindahakan, karena disana ada estetika yang tak abadi. Ia hanya mampu mengantarkan siang menuju peraduan malam. Jingga warna khas yang kita tahu, secara samar-samar saya melihat ada luka yang disembunyikan. Ibarat bunga mawar dengan kesetiaan duri menjaga.Tapi, tak apalah, aku mengabdikan diri padanya, mengikuti siklusnya yang sekejap. Berharap, ceceran-ceceran pelecehan ini dengan sekejap pula ditelam zaman. Dan mereka sadar bahwa otaknya tak lebih dari kebiadaban yang diperbudak oleh pikirannya. (*)
Asri Ismail
Warkop Om Ben, 25 Desember 2013

Psikologi Pendidikan



Pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Sedangkan Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar. Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Mendorong Tindakan-tindakan Belajar
Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan sebagai individu terdidik. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.

Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.
Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah.

Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
2.1. Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
2.2. Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.
Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.
2.3. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.

Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.
Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.

2.4. Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
2.5. Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.

Diposkan oleh Asri Ismail

Ayah, Maaf


Bagaimana kabarnya Pa’? semoga kesehatan dan rezeki selalu menyertai, Pa’ sudah hampir dua tahun, aku tak pernah melihat wajahmu begitu pula dengan wajah ibu. Aku tak tahu juga, kenapa tiba-tiba rasa rindu itu akhir-akhir ini muncul.Terakhir aku bersama bapa’ saat lebaran Idul Fitri dua tahun silam, aku masih ingat  kala itu bapa’ mengantar aku ke Makassar dengan mengendarai motor Thunder yang bapa’ belikan untuk saya waktu kelas 3 SMA dulu.

Ilustarasi
Hehehe..kalau mengingat waktu bapa’ menjenguk aku, pada saat itu aku tinggalkan bapa’ sendiri di kos, dari siang hingga tengah malam. Itu hanya karena aku lebih memilih rapat di organisasiku dibanding menemani bapa’, padahal aku tahu pasti bapa’ capek sekali usai perjalanan dari kampung ke Makassar. Tapi, bapa’ tak pernah marah, setiba di kamar kontrakannku bapak malah menanyakan apa aku sudah makan atau belum,?. Sedih rasanya, saat aku tahu ternyata sepanjang aku pergi, bapa’ hanya menyiram Indomie untuk makan siang dan malam bapa’ yang kebetulan masih ada beberapa bungkus sisa Indomie yang dulu bapa’ kirimkan untuk aku.

Bapa’, kini aku hanya bisa menikmati suara bapa’ lewat percakapan telpon. Setiap menelpon, bapa’ tak pernah jenuh mengabsen keadaanku. Menanyakan tentang kesehatan aku, tentang kuliah aku, kapan aku selesai, bagaimana kondisi keuangaku, bagaimana dengan motorku yang selalu rusak, semua hal-hal yang menyangkut tentang aku bapa’ tanyakan.

Bapa’ juga tak pernah sama sekali menolak setiap ada permintaanku, kalau aku minta dibelikan Hp baru, pasti bapa’ usahakan, terlebih kalau masalah pembayaran kuliah, bapa’ pasti lakukan apa saja untuk memenuhinya. Walau, kadang aku tahu, uang itu bapa’ pinjam dari tetangga bapa’ di perantauan. Bapa’ pintar sekali menyembunyikan kesedihannya kepadaku, lewat udara, suara bapak kedengaran begitu bahagia, mesti aku rasakan sendiri bapa’ mempertaruhkan nyawanya untuk menafkahi aku disini. Belum lagi, setiap bulan, bapa’ harus kirimkan aku uang dan sejumlah makanan untuk aku cicipi disini.

Ini tahun keempat aku kuliah, tapi kehidupan aku masih saja ditopang oleh bapa’, kadang aku malu, diusia aku sekarang ternyata aku belum jua bisa menghidupi diriku sendiri. Terlalu banyak sudah perjuangan dan pengorbanan bapa’ untuk aku. Entah, dengan cara apa aku membalasnya.

Aku kangen Pa’, aku rindu dengan belaian kasih sayang bapa’. Aku selalu ingat, kala bapa’ membanggakan aku dihadapan teman-teman bapa’, katanya aku ini anaknya pintar, bapa’ selalu memanggil aku “Bos”, bagaimana bapa’ kalau memujiku selalu bilang, aku semakin hari tambah keren. “Tambah gagah sedding Bosku,” begitu ucap bapa’ ketika menyapaku. Aku hanya senyum, tak pernah menanggapi itu.

Aku masih ingat, kala bapa’ begitu memimpikan aku untuk jadi seorang Polisi. Tapi, impian itu tidak kesampaian, karena Ibu sakit dan harus membiayai biaya obat Ibu. Begitupula, kala bapa dan ibu memilih membatalkan naik haji demi kuliah aku. .

Bapa’ sekarang aku KKN, sebentar lagi aku akan memakai baju kebesaranku untuk wisuda nanti, dan memasang toga di kepala hehehehe. Aku minta bapa’ hadir ya, kita foto bersama, dan turut merasakan kebahagianku, dan biar bapa’ bisa tahu, bahwa ini bapa’ beli selama 4 tahun aku kuliah.

Oh ya Pa', aku masih ingat pernyataan bapa ke aku, bapa’ bilang baru mau berhenti merantau kalau aku sudah kerja dan bisa membiayai kehidupan Bapa dan Ibu. Itulah, ketakutan terbesar aku saat ini, aku masih pesimis apa bisa, selesai kuliah aku sudah bisa mendapatkan pekerjaan yang ideal untuk itu. Aku ragu sekali pa’, aku sudah bersumpah pada diriku, bahwa aku akan bahagiakan bapa’ dan Ibu nantinya.

Pa’ kalau pun nanti aku belum bisa cepat dapat pekerjaan yang memadai, bapa’ jangan marah ya.., tapi aku akan tetap berusaha kok, aku janji akan menjadi anak yang berbakti kepada bapa’, tak akan pernah aku kecewakan bapa’. Aku minta doa restu bapa’ dan Ibu ya…

Tuhan, jika Tuhan membenci aku, tolong jangan pernah membenci kedua orang tuaku. Mereka begitu berharga bagi aku, aku mohon jaga mereka di perantauannya. Bismillah. (Asri_Ismail)
Asri_Ismail
Makassar, kamar kos (24/3)
#7day7letter

Pendidikan Islam



. .
Pendidikan : Pendidikan Islam


Sebagai orang yang menganut ajaran agama Islam hendaknya kita mengetahui sejauh mana pendidikan Islam itu sendiri. Tidak sedikit orang yang mengaku beragama Islam akan tetapi pengetahuan tentang pendidikan Islam sangat minim yang berakibat tindakan dan tingkah lakunya tidak layak disebut sebagai orang Islam.


Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.


Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)


Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.

Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”

Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”

Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.

Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikanmerupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.

Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.

Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)

Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja. 

Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. 

Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.  

Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.

Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyahmerupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.

Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.

Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:

1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28

2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.

3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat tertentu, memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman. Demikiannya semua peran digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.