Ayah, Maaf
Bagaimana kabarnya Pa’? semoga kesehatan dan rezeki selalu menyertai, Pa’ sudah hampir dua tahun, aku tak
pernah melihat wajahmu begitu pula dengan wajah ibu. Aku tak tahu juga, kenapa
tiba-tiba rasa rindu itu akhir-akhir ini muncul.Terakhir aku bersama bapa’ saat
lebaran Idul Fitri dua tahun silam, aku masih ingat kala itu bapa’ mengantar aku ke Makassar
dengan mengendarai motor Thunder yang bapa’ belikan untuk saya waktu kelas 3 SMA
dulu.
Ilustarasi |
Hehehe..kalau mengingat waktu bapa’ menjenguk aku, pada
saat itu aku tinggalkan bapa’ sendiri di kos, dari siang hingga tengah malam.
Itu hanya karena aku lebih memilih rapat di organisasiku dibanding menemani
bapa’, padahal aku tahu pasti bapa’ capek sekali usai perjalanan dari kampung
ke Makassar. Tapi, bapa’ tak pernah marah, setiba di kamar kontrakannku bapak
malah menanyakan apa aku sudah makan atau belum,?. Sedih rasanya, saat aku tahu
ternyata sepanjang aku pergi, bapa’ hanya menyiram Indomie untuk makan siang
dan malam bapa’ yang kebetulan masih ada beberapa bungkus sisa Indomie yang
dulu bapa’ kirimkan untuk aku.
Bapa’, kini aku hanya bisa menikmati suara bapa’
lewat percakapan telpon. Setiap menelpon, bapa’ tak pernah jenuh mengabsen
keadaanku. Menanyakan tentang kesehatan aku, tentang kuliah aku, kapan aku
selesai, bagaimana kondisi keuangaku, bagaimana dengan motorku yang selalu
rusak, semua hal-hal yang menyangkut tentang aku bapa’ tanyakan.
Bapa’ juga tak pernah sama sekali menolak setiap
ada permintaanku, kalau aku minta dibelikan Hp baru, pasti bapa’ usahakan,
terlebih kalau masalah pembayaran kuliah, bapa’ pasti lakukan apa saja untuk
memenuhinya. Walau, kadang aku tahu, uang itu bapa’ pinjam dari tetangga bapa’
di perantauan. Bapa’ pintar sekali menyembunyikan kesedihannya kepadaku, lewat
udara, suara bapak kedengaran begitu bahagia, mesti aku rasakan sendiri bapa’
mempertaruhkan nyawanya untuk menafkahi aku disini. Belum lagi, setiap bulan,
bapa’ harus kirimkan aku uang dan sejumlah makanan untuk aku cicipi disini.
Ini tahun keempat aku kuliah, tapi kehidupan aku
masih saja ditopang oleh bapa’, kadang aku malu, diusia aku sekarang ternyata
aku belum jua bisa menghidupi diriku sendiri. Terlalu banyak sudah perjuangan
dan pengorbanan bapa’ untuk aku. Entah, dengan cara apa aku membalasnya.
Aku kangen Pa’, aku rindu dengan belaian kasih
sayang bapa’. Aku selalu ingat, kala bapa’ membanggakan aku dihadapan
teman-teman bapa’, katanya aku ini anaknya pintar, bapa’ selalu memanggil aku “Bos”, bagaimana bapa’ kalau memujiku
selalu bilang, aku semakin hari tambah keren. “Tambah gagah sedding Bosku,” begitu ucap bapa’ ketika
menyapaku. Aku hanya senyum, tak pernah menanggapi itu.
Aku masih ingat, kala bapa’ begitu memimpikan aku
untuk jadi seorang Polisi. Tapi, impian itu tidak kesampaian, karena Ibu sakit
dan harus membiayai biaya obat Ibu. Begitupula, kala bapa dan ibu memilih
membatalkan naik haji demi kuliah aku. .
Bapa’ sekarang aku KKN, sebentar lagi aku akan
memakai baju kebesaranku untuk wisuda nanti, dan memasang toga di kepala
hehehehe. Aku minta bapa’ hadir ya, kita foto bersama, dan turut merasakan
kebahagianku, dan biar bapa’ bisa tahu, bahwa ini bapa’ beli selama 4 tahun aku
kuliah.
Oh ya Pa', aku masih ingat pernyataan bapa ke aku,
bapa’ bilang baru mau berhenti merantau kalau aku sudah kerja dan bisa
membiayai kehidupan Bapa dan Ibu. Itulah, ketakutan terbesar aku saat ini, aku
masih pesimis apa bisa, selesai kuliah aku sudah bisa mendapatkan pekerjaan
yang ideal untuk itu. Aku ragu sekali pa’, aku sudah bersumpah pada diriku,
bahwa aku akan bahagiakan bapa’ dan Ibu nantinya.
Pa’ kalau pun nanti aku belum bisa cepat dapat
pekerjaan yang memadai, bapa’ jangan marah ya.., tapi aku akan tetap berusaha kok, aku janji akan menjadi anak yang berbakti
kepada bapa’, tak akan pernah aku kecewakan bapa’. Aku minta doa restu bapa’
dan Ibu ya…
Tuhan, jika Tuhan membenci aku, tolong jangan
pernah membenci kedua orang tuaku. Mereka begitu berharga bagi aku, aku mohon
jaga mereka di perantauannya. Bismillah. (Asri_Ismail)
Makassar, kamar kos (24/3)
#7day7letter
Keine Kommentare:
Kommentar veröffentlichen